Pengikut

Jumat, 21 Mei 2010

Pengaruh Psikologi Terhadap Kenakalan Remaja

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah masyarakat. Berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah meresahkan masyarakat, semisal kasus pencurian, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan, bahkan pembunuhan.

Sebenarnya kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu mereka sedang berada dalam masa transisi anak menuju dewasa. Perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal.

Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja. Namun, kontras dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran.

1

Remaja memiliki potensi besar untuk melakukan hal-hal menyimpang dari kondisi atau perilaku normal. Seperti ada pergolakan dalam diri mereka untuk melakukakan hal-hal yang berbeda dengan yang lain di sekelilingnya, hal-hal yang dianggap normal oleh kebanyakan orang. Mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal itu disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu. Sebaliknya, orang yang dianggap normal dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Dorongan semacam itupun didasari oleh berbagai hal, seperti motif untuk mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar remaja yang pada usia itu sedang melalui tahap mengidentifikasi, misalnya meniru apa yang dilakukan tokoh idola atau yang dianggapnya menarik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian psikologi?

2. Bagaimana perkembangan psikologi remaja?

3. Apa pengertian kenakalan remaja?

4. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja?

5. Apa akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja?

6. Bagaimana hubungan psikologi dan kenakalan remaja?

7. Apa upaya yang dilakukan untuk menangani kenakalan remaja?

8. Bagaimana peranan agama terhadap kenakalan remaja?

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. pengertian psikologi remaja;

2. perkembangan psikologi remaja;

3. pengertian kenakalan remaja;

4. faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan reamaja;

5. akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja;

6. hubungan psikologi dan kenakalan remaja;

7. upaya yang dilakukan untuk menangani masalah remaja;

8. untuk mengetahui peranan agama terhadap kenakalan remaja.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja;

2. pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja.

E. Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

  1. Pengertian Psikologi

Para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan psikologi sebagai studi kegiatan mental. Jika diukur secara objektif maka definisinya adalah studi mengenai perilaku. Definisi psikologi banyak mengalami perubahan, perubahan-perubahan itu diantaranya adalah :

a. Atkinson et.al. (William James, 1999: 19) mengemukakan ‘Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya…Fenomena adalah apa yang kita sebut sebagai perasaan, keinginan, kognisi, berpikir logis, keputusan-keputusan dan sebagainya.’

b. Atkinson et.al. (Wilhelm Wundt, 1999: 19) mengemukakan ‘Psikologi bertugas memyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertolak belakang dengan setiap objek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam.’

c. Atkinson et.al. (James Angell, 1999: 19) mengemukakan ‘Semua kesdadaran dimana saja normal atau abnormal, manusia atau binatang merupakan pokok permasalahan yang dicoba untuk dijelaskan oleh ahli psikologi, dan tidak ada definisi ilmu yang sepenuhnya dapat diterima, semua bunyinya kurang lebih sama.’

  1. Perkembangan Psikologi Remaja

Atkinson et.al. (1999: 85) menyatakan bahwa “Diantara semua jenis mamalia, manusia merupakan mahluk yang paling tidak sempurna pada saat dilahirkan dan membutuhkan waktu paling lama untuk berkembang sebelum sanggup melakukan kegiatan dan kemampuan yang merupakan ciri “spesi” manusia.”

Perilaku dewasa dan ciri kepribadian dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi selama tahun-tahun awal kehidupannya.Untuk memahami proses psikologi manusia dewasa (persepsi, pola piker, motif, konflik dan cara menghadapi konflik) perlu mengetahui bagaimana proses ini dari awal khususnya di masa remaja.

  1. Pengertian Kenakalan Remaja

Musli et.al. (2008: 74) mengemukakan bahwa ”Istilah baku tentang kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah Juvenile Delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa Juvenile berarti anak, sedangkan Delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika menyangkut subjek / perilaku, maka Juvenile Delinquency berarti anak penjahat atau anak jahat.”

  1. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kenakalan Remaja

Wijaya (http://wija091.multiplay.com) menyatakan

“Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut:

a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang;

b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan;

c. Pengaruh lingkungan dan pergaulan.”

  1. Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh Kenakalan Remaja

Wijaya (http://wija091.multiplay.com) menyatakan

“Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3 antara lain:

a. Bagi diri remaja itu sendiri;

b. Bagi keluarga;

c. Bagi lingkungan masyarakat.”

  1. Hubungan Psikologi dan Kenakalan Remaja

Alimudin (http://tabloid_info.sumenep.go.id/) menyatakan bahwa “Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.”

  1. Upaya yang Dilakukan untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja

Firman Bebyn Hidayat (http://beb7n.wordpress.com/menanggulangi-masalah-kenakalan-remaja/) mengemukakan bahwa

“Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan masalah kebakalan dapat di bagi dalam:

a. Tindakan Preventif

1) Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum.

a) Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja;

b) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan;

c) Usaha pembinaan remaja.

2) Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus

Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Bimbingan yag dilakukan dengan dua pendekatan:

a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itui sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu mengatasinya;

b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut.

b. Tindakan Represif

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.

1) Di rumah;

2) Di sekolah.

c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi

Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

  1. Peranan Agama terhadap Kenakalan Remaja

Muslih et.al. (2008: 171) mengemukakan bahwa ”Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.”

B. Pembahasan

Kami mendefinsikan psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses perilkau dan proses mental. Definisi ini mencermikan perhatian psikologi terhadap studi objektif mengenai perilaku yang dapat diamati. Definisi ini juga mengakui pentingnya pemahaman proses mental yang tidak dapat diamati secara langsung.

Masa remaja menunjukan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batas umumnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar antara umur 12 sampai akhir belasan tahun, ketika pertumbuhan jasmani hampir selesai.

Tahap transisi memberi remaja itu suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta untuk mempersiapkan masa depan, tetapi masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan, kebimbingan antara ketergantungan dan kemandirian.

Masa remaja ini juga masa paling penting dalam mencari jati diri. Ini menjadi tugas penting yang harus dijalani oleh remaja yaitu mengembangkan persepsi identitas. Menari identitas diri menckup hal memutuskan apa yang penting dan patut dikerjakan serta memformulasikan standar tindakan dalam mengevaluasi perilaku dirinya dan juga perilaku orng lain. Hal ini juga mencakup perasaan harga diri dan kompetensi diri.

Persepsi identitas remaja berkembang secara perlahan-lahan melalui berbagai identifikasi masa kanak-kanak. Nialai dan standar moral anak-anak sebagian besar merupakan standar orang tua.Paada waktu para remaja beralih ke dunia sekolah menengah yang lebih luas, niali-nilai kelompok sebaya menjadi bertambah penting, seperti juga halnya kata-kata pujian dari guru dan orang dewasa lainnya. Para remaja mencoba menggabungkan nilai ddan kata pujian tersebut dalam gambaran yang konsisten. Sepanjang paa orang tua, guru, teman-teman sebaya memproyeksikan nilai-nilai yang konsiste, pencarian identitas menjadi lebih mudah.

Jika pandangan dan nilai orang tua sangat berbeda dengan teman-teman sebaya, kemungkinan akan ada konflik. Dan remaja tersebut mungkin mengalami apa yang disebut kebingungan peran, remja mencoba peran yang satu bergantian dengan peran yang lainnya mengalami kesulitan mensintesiskan berbagai peran yang berbeda menjadi satu identitas

Banyak ahli percaya bahwa masa remaja sebaiknya masa bereksperimen peran pada waktu mana anak dapat bereksplorasi dengan ideology dan minat yang berbeda. Bagi beberapa remaja “krisis identitas” mungkin sama sekali tidak terjadi, mereka ini adalah remaja yang menerima nilai-nilai orang tua tanpa bertindak ke arah peran orang dewasa yang konsisten dengan pandangan orang tua mereka. Dalam satu hal, identitas mereka tercermin sejak awal penghidupan.

Tetapi ada remaja yang menganut identitas menyimpang yaitu identitas yang bertentangan dengan niali-nilai dalam masyarakat. Misalnya mencoba hal-hal yang tidak di perbolehkan atau yang biasa disebut dengan kenakalan remaja. Denagn melakukan dan mencoba-coba berbagai hal. Dalam masa ini remaja mengalami kebingungan identitas yang lebih panjang dan mengalami kesulitan “menemukan diri mereka”. Jadi kenakalan remaja itu timbul karena kebingungan identitas yang terjadi pada diri para remaja itu sendiri.

Identitas pribadi seseorang bila sekali terbentuk tidak slalu statis. Orang dapat memperoleh ide, minat, dan keterampilan baru selama masa dewasa yang mungkin mengubah persepsi mereka mengenai diri mereka. Identitas itu sendiri pasti akan berubah.

Remaja memiliki potensi besar untuk melakukan hal-hal menyimpang dari kondisi atau perilaku normal. Seperti ada pergolakan dalam diri mereka untuk melakukakan hal-hal yang berbeda dengan yang lain di sekelilingnya, hal-hal yang dianggap normal oleh kebanyakan orang. Mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal itu disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu. Sebaliknya, orang yang dianggap normal dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Dorongan semacam itupun didasari oleh berbagai hal, seperti motif untuk mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar remaja yang pada usia itu sedang melalui tahap mengidentifikasi, misalnya meniru apa yang dilakukan tokoh idola atau yang dianggapnya menarik.

Istilah baku tentang kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah Juvenile Delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa Juvenile berarti anak, sedangkan Delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika menyangkut subjek / perilaku, maka Juvenile Delinquency berarti anak penjahat atau anak jahat.

Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan / kenakalan anak-anak muda. Ini merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

Anak-anak muda yang delinquen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat.

Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut :

  1. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih saying

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.

  1. Minimnya pemahaman tentang keagamaan

Di dalam kehidupan berkeluarga kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.

Dalam pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik. Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua baik perlakuan, pelayanannya kepada remaja dapat memperlihatkan contoh teladan yang baik melaksanakan shalat dan sebagainya yang merupakan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif karena apa yang diperoleh dalam rumah tangganya akan dibawa kelingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.

Sebenarnya pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.

Dalam masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan, kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi tertinggal dibelakang. Dan didalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan – perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

Kekurangan spiritual termasuk ketidak pahaman secara utuh tentang ajaran Islam sehingga mereka melakukan apa saja yang menjadi keinginan serta kemauan mereka.

  1. Pengaruh lingkungan dan pergaulan

Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat, pergaulan dengan teman sebayanya yang mana sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagai mana kita ketahui bahwa para remaja sangat senag dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor negatifnya. Karena dianggap ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.

Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3 antara lain :

  1. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih saying

Akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya kepada memtal-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan keperibadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan endingnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan.

  1. Minimnya pemahaman tentang keagamaan

Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para orang tuanya apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak harmonisan didalam kekuarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak baik, Sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika. Dan menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.

  1. Pengaruh lingkungan dan pergaulan

Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Dan apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Sehingga masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki moral rusak. Dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek Dan untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.

Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.

Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.

Harapan terhadap remaja cukup banyak. Remaja adalah pewaris masa depan, pelapor pembangunan, pendobrak kebekuan dan saat bangsa dan negara dalam keadaan kritis. Harapan itu seringkali merusak serta menghambat psikologinya karena prilaku menyimpangnya. Bagaimanapun prilaku menyimpang yang dilaku kan remaja sering mendatangkan gangguan ter hadap ketenangan dan ketertiban hidup dalam masyarakat.

Menurut etimologi kenakalan remaja (juvenile deliquency) berarti suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain.

Setiap tindakan kenakalan remaja betapapun kecil dan sederhananya yang tidak mendapatkan teguran dan penjelasan untuk memperbaiki kondisi remaja ke depan. Untuk itu, mereka membuktikan bantuan orang lain yang memberikan informasi yang akurat tentang baik buruk, benar salah sekalipun cukup akrab, namun karena tidak mendapatkan akses informasi lebih baik dapat menjerumuskan ke lembah kehinaan.

Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :


  1. Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)

Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.

Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.

Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.

Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.

  1. Masa pubertas (14 - 16 tahun)

Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

  1. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)

Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.

  1. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)

Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.

Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan masalah kebakalan dapat di bagi dalam:

a. Tindakan Preventif

1) Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum

a) Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja;

b) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan;

c) Usaha pembinaan remaja :

(1) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya

(2) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.

(3) Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.

(4) Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.

2) Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus

Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya.

Sarana pendidikan lainya mengambil peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat. Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya.

Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.

Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja mengenai:

a) Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

b) Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.

c) Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.

Bimbingan yang dilakukan dengan dua pendekatan:

a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itui sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu mengatasinya.

b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut:

(1) Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.

(2) Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang hubungan sosia; yang baik.

(3) Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukaka pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.

(4) Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan persekutuan denga Pembimbing.

b. Tindakan Represif

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.

1) rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.

2) Di sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergabtung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.

c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi

Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat badani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.

Di dalam ajaran agama Islam bahwa adanya kebutuhan terhdap agama disebabkan manusia selaku mahluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama Islam.

Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agamab berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya,

Pendidikan agama hendaknya dapat diwarnai kepribadian remaja, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan dikemudian hari. Untuk pembinaan pribadi itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang benar-benar mencerminkan agama dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan dan keseluruhan pribadinya, pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi remaja.

Fungsi pendidikan agama Islam yang sekaligus suatu proses sosialisasi pada lingkungan atau lembaga pendidikan keluarga, antara lain:

a. Pembekalan, yaitu untuk membimbing anak dalam memiliki akhlak.

b. Penerangan, yaitu membantu anak untuk mengetahui pinsip-prinsip dan hukum agama agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ajaran agama.

c. Perbaikan, yaitu untuk menolong anak dalam membina akidah yang baik dan benar serta pembentukan jiwa keagamaan yang kokoh.

d. Penyadaran, yaitu untuk memberikan pemeliharaan anak-anak atau remaja agar memahami dan mampu menjaga kesehatan, baik jasmani maupun rohani.

e. Pengajaran, yaitu untuk menyiapkan peluang dan suasana praktis untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam kehidupan.

Jadi fungsi pendidikan Islam adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam, yang membawa misi kesejahteraan manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin di dunia dan akhirat.

Untuk itu, agama berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan teganggu. Agama berperan sebagai pencegahan terhadap gangguan kejiwaan dan merupakan fakor pembinaan mental bagi remaja. Dengan demikian, agama dan keyakinan merupakan kebutuhan jiwa yang penting bagi remaja yang dapat memberikan bantuan untukmelepaskan diri dari goncangan jiwa dan gejolak-gejolak jiwa yang hebat.


BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut:

1. Psikologi adalah studi ilmiah mengenai proses perilkau dan proses mental. Definisi ini mencermikan perhatian psikologi terhadap studi objektif mengenai perilaku yang dapat diamati. Definisi ini juga mengakui pentingnya pemahaman proses mental yang tidak dapat diamati secara langsung.

2. Masa remaja menunjukan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batas umumnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar antara umur 12 sampai akhir belasan tahun, ketika pertumbuhan jasmani hampir selesai.

3. Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan / kenakalan anak-anak muda. Ini merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

4. Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut:

a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang;

b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan;

c. Pengaruh lingkungan dan pergaulan.

5. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3 antara lain:

a. Bagi diri remaja itu sendiri;

b. Bagi keluarga;

c. Bagi lingkungan masyarakat.

6. Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.

7. Upaya penanggulangan masalah kebakalan dapat di bagi dalam:

a. Tindakan Preventif;

b. Tindakan Represif;

c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi.

8. Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.


B. Saran

Kondisi psikologis seorang remaja sangat berpengaruh dalam sikap dan tindakannya, maka semua pihak harus berusaha memperhatikan perkembangan psikologi remaja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Alimudin. (2008). Permasalahan Remaja. [online]. Tersedia : http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1167&itemid=28. [19 April 2010].

Angel. (2009). Kenakalan Remaja dan Psikologi. [online]. Tersedia : http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm. [19 April 2010]

Atkinson, R.L. et.al. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga

Firman. (2007). Menanggulangi Masalah Remaja [online].Tersedia: http://beb7n.wordpress.com/2008/08/13/menanggulangi-masalah-kenalakan-remaja/. [25 April 2010]

Khairuddin. (2009). Psikologi pada Remaja. [online]. Tersedia : http://khairuddinhsb.blog.plasa.com/2009/04/03/psikologi-remaja-2/. [19 April 2010].

Muslih. et.al. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers

25

Nur Istikomah. (2008). Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia: disiniadaaku.multiply.com/journal/item. [23 April 2010]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar